Kategori
NEWS

Pemerintah Armenia Menarik Embargo Impor Produk Turki ke Negaranya

Pemerintah Armenia Menarik Embargo Impor Produk Turki ke Negaranya

Pemerintah Armenia Menarik Embargo Impor Produk Turki ke Negaranya – Pemerintah Armenia mengatakan telah memutuskan untuk mencabut embargo barang-barang Turki mulai 1 Januari. Armenia awalnya memberlakukan blokade setelah Ankara mendukung Azerbaijan selama konflik Nagorno-Karabakh tahun lalu.

Pada 15 Desember, Turki menunjuk Serdar Kılıç, mantan duta besar untuk AS, sebagai utusan khusus untuk membahas langkah-langkah normalisasi dengan Armenia. Tiga hari kemudian, Armenia menunjuk perwakilan khusus untuk berdialog dengan Turki, Wakil Ketua Majelis Nasional Ruben Rubinyan.

Ankara juga mengumumkan Moskow akan menjadi tuan rumah pertemuan pertama antara utusan khusus kedua negara, namun belum ada tanggal yang dit etapkan. Perbatasan antara kedua negara telah di tutup selama beberapa dekade dan hubungan diplomatik terhenti.

Embargo impor resmi ditarik mulai 1 Januari 2022

Pengangkatan larangan impor produk Turki di Armenia resmi di berlakukan mulai. Sebelumnya, kebijakan tersebut sudah di terapkan sejak 31 Desember 2020 selama enam bulan lamanya dan di perpanjang kembali pada Juni 2021.

Di lansir dari RFE/RL, Kementerian Ekonomi Armenia sebenarnya sudah merancang proposal untuk memperpanjang larangan impor selama enam bulan. Namun, rancangan tersebut tidak jadi di masukkan dalam agenda pemerintahan.

Pada pertemuan kabinet pemerintahan tanggal 30 Desember lalu juga memutuskan untuk tidak memperpanjang embargo impor produk asal Turki. Sementara, hal ini juga di maksudkan untuk meningkatkan pasar ekspor produk Armenia ke ke luar negeri, termasuk ke negara tetangganya Turki.

Armenia sedang menjajaki normalisasi hubungan diplomatik dengan Turki

Armenia dan Turki juga tengah dalam tahap melangsungkan normalisasi dalam beberapa waktu belakangan ini. Bahkan, keduanya juga sudah menyetujui pembukaan rute penerbangan langsung antara kedua negara.

Dilaporkan dari Daily Sabah, pada 15 Desember lalu, Turki sudah menunjuk mantan Dubes Turki di AS bernama Serdar Kılıç sebagai perwakilan untuk mendiskusikan langkah normalisasi dengan Armenia. Sementara, Armenia menunjuk Deputi Juru Bicara Parlemen Ruben Rubinyan sebagai representatif khususnya untuk berdialog dengan Turki.

Sedangkan perundingan antara keduanya akan di langsungkan di Moskow, tapi masih belum ada kepastian tanggal penyelenggaraannya.

Armenia sempat akan menormalisasi hubungan dengan Turki pada 2009

Turki dan Armenia sebelumnya telah berhasil mencapai kesepakatan untuk meningkatkan hubungan di plomatik dan membuka perbatasan kedua negara sejak 2009. Sayangnya, hal itu belum di sahkan oleh Turki lantaran meminta Armenia untuk menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh.

Pada musim gugur 2020, Armenia dan Azerbaijan terlibat peperangan selama enam minggu terkait wilayah Nagorno-Karabakh. Perang itu telah mengakibatkan 6.500 korban tewas dan berakhir usai Armenia menyerahkan sebagian besar teritori yang di kuasainya kepada Azerbaijan.

Daily Sabah melaporkan, hubungan Armenia dan Turki di ketahui sangat rumit lantaran keenganan Turki untuk mengakui genosida warga Armenia di Anatolia pada tahun 1915. Namun, Turki menganggap insiden itu sebagai pertempuran yang kedua pihak sama merasakannya.

Armenia dan Turki menandatangani perjanjian perdamaian penting pada tahun 2009 untuk memulihkan hubungan dan membuka perbatasan bersama mereka setelah beberapa dekade, tetapi kesepakatan itu tidak pernah di ratifikasi dan hubungan tetap tegang.

Hubungan antara Armenia dan Turki secara historis rumit. Posisi Turki pada peristiwa 1915 adalah bahwa orang-orang Armenia kehilangan nyawa mereka di Anatolia timur. Setelah beberapa pihak berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Utsmaniyah.

Relokasi berikutnya dari orang-orang Armenia mengakibatkan banyak korban. Karena pembantaian yang di lakukan oleh militer dan kelompok-kelompok milisi dari kedua belah pihak meningkatkan jumlah korban tewas.