Kategori
NEWS

Presiden Joe Biden Perpanjang Status Darurat Nasional COVID-19 AS

Biden Bakal Perpanjang Status Darurat Nasional Covid-19 ASPresiden Joe Biden Perpanjang Status Darurat Nasional COVID-19 AS – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperpanjang keadaan darurat nasional akibat pandemi Covid-19 yang di berlakukan sejak Maret 2020. Status ini akan di perpanjang mulai 1 Maret 2022 karena ancaman kesehatan masyarakat akibat virus corona masih tinggi.

Namun keputusan Biden memperpanjang keadaan darurat di sampaikan justru saat banyak kepala daerah di AS mencabut pembatasan Covid-19 menyusul turunnya kasus varian Omicron.

Status darurat akan terhapus secara otomatis kecuali, dalam 90 hari sebelum tanggal peringatan penetapan status tersebut, presiden mengirim pemberitahuan kepada Kongres bahwa status darurat akan di teruskan hingga melewati tanggal penetapan.

1. Status darurat nasional di tetapkan sejak dua tahun lalu
AS Perpanjang Status Darurat Nasional COVID-19

Status darurat nasional di AS di tetapkan dua tahun lalu, ketika AS masih dipimpin Donald Trump. Selepas status nasional ini di terapkan, dana bantuan federal senilai 50 miliar dolar AS (sekitar R[718 triliun), di kucurkan untuk membantu penanganan pandemik.

AS sendiri jadi satu dari banyak negara di dunia yang terdampak parah COVID-19. World O Meters mencatat, hingga Sabtu (19/2/2022), Negeri Paman Sam masih jadi negara dengan jumlah kasus aktif COVID-19 tertinggi di dunia, yakni 27.649.488 kasus.

2. Syarat status darurat nasional berhenti
AS Perpanjang Status Darurat Nasional COVID-19

Status darurat nasional AS ini dapat berhenti, kecuali jika dalam 90 hari sebelum tanggal penetapan status. Presiden memberitahukan kepada Kongres bahwa status darurat akan di teruskan melewati tanggal penetapan.

Namun, untuk saat ini, status darurat ini akan di lanjutkan. Apalagi, AS mencatatkan 900 ribu lebih kematian akibat COVID-19. Biden pun menggarisbawahi perlunya penanganan pandemik dengan dukungan penuh pemerintah federal.

3. Langkah Biden tidak di ikuti pemimpin negara bagian
AS Perpanjang Status Darurat Nasional COVID-19

Ironisnya, langkah perpanjangan status darurat nasional ini tidak di ikuti oleh para pemimpin negara bagian di AS. Mereka justru mencabut segala aturan pembatasan, di tengah gelombang Omicron yang mulai surut.

Pekan lalu, Gubernur New York dan Massachusetts menyudahi kewajiban pemakaian masker di negara bagian yang mereka pimpin. Mereka mengikuti langkah yang di lakukan oleh New Jersey, California, Connecticut, Delaware dan Oregon. Langkah Biden untuk memperpanjang status darurat terjadi bahkan pada saat para pemimpin lokal di AS mencabut pembatasan Covid-19 selagi gelombang Omicron surut.

Kategori
NEWS

Perwakilan AS dan Rusia Akan Melakukan Pertemuan di Jenewa

Perwakilan AS dan Rusia Akan Melakukan Pertemuan di Jenewa

Perwakilan AS dan Rusia Akan Melakukan Pertemuan di Jenewa – Pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tampaknya tidak berjalan baik-baik saja, kalau tidak mau dibilang berlangsung panas. Keduanya saling melempar ancaman terkait krisis yang terjadi di perbatasan Ukraina.

Dalam pembicaraan yang berlangsung selama 50 menit via telepon itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Presiden Joe Biden bahwa hubungan antara kedua negara dapat runtuh jika AS menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas tindakannya di Ukraina. Ajudan Kremlin Yuri Ushakov mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada Biden sanksi dapat menyebabkan kerusakan total dalam hubungan antara negara kedua negara.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam panggilan tersebut, mereka berdua membahas langkah lebih lanjut untuk meredakan ketegangan akibat ancaman dari Rusia. Menurut Gedung Putih, Presiden Biden mengatakan kepada Presiden Zelensky bahwa AS akan memberikan tanggapan secara tegas ketika Rusia melakukan invasi kepada Ukraina. Sampai saat ini, sekitar 100.000 tentara Rusia masih berada di dekat perbatasan Ukraina.

1. AS dan sekutu akan menanggapi dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina

Jalur untuk meredakan ketegangan yang terjadi antara Ukraina dengan Rusia terus diusahakan, salah satunya dengan diplomasi. Perwakilan AS dan Rusia telah merencanakan pertemuan untuk membicarakan masalah tersebut. Di sisi lain, AS secara tegas terus memberikan dukungan penuh terhadap Ukraina.

Dalam panggilan telepon antara Beden dan Zelensky yang terbaru, Reuters mengutip Sekretaris Gedung Putih Jen Psaki mengatakan AS “Presiden Biden menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya akan merespons dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut.” Ketegangan antara Ukraina dengan Rusia telah menimbulkan ancaman perang besar jika hubungan panas keduanya tidak mereda.

Ukraina menuduh Rusia merencanakan invasi karena telah menumpuk ratusan ribu tentara di dekat perbatasannya. Tuduhan itu telah dibantah oleh Moskow. Mereka berulangkali mengatakan tidak memiliki rencana untuk menyerang Kiev. Mereka hanya ingin bahwa NATO tidak melebarkan pengaruh ke Eropa timur dengan menerima Ukraina sebagai anggotanya.

2. Ukraina menghargai dukungan dari AS

Meskipun harapan Ukraina dapat di terima keanggotaannya di NATO yang di pimpin oleh AS belum terwujud, tapi Washington dan para sekutunya telah memberi penegasan secara berulangkali bahwa mereka akan mendukung Ukraina yang berdaulat. AS bahkan telah mengalokasikan jutaan dolar untuk membantu Ukraina dengan memberikan pasokan senjata pertahanan jika Rusia benar-benar menyerang Kiev.

Di lansir CNN, Presiden Zelensky dalam unggahan media sosialnya memberikan penekanan penting atas pembicaraan yang terbaru dengan Presiden Biden. Dia mengatakan “menghargai dukungan yang tak tergoyahkan” dari mitranya itu. Panggilan telepon terbaru antara dua pemimpin itu juga membahas tindakan bersama antara Ukraina, AS dan negara mitra lain dalam upaya menjaga perdamaian Eropa, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Mereka berdua juga membahas reformasi dan deoligarki.

3. Pembicaraan tingkat tinggi AS-Rusia
Dukung Ukraina, AS akan Respon Tegas Jika Diserang Rusia

Rusia telah mengajukan proposal kepada AS pada akhir tahun 2021, yang salah satu isinya adalah meminta NATO tidak menerima Ukraina menjadi anggotanya. Rusia merasa terancam jika Kiev nanti jadi anggota NATO, maka berbagai senjata canggih seperti rudal balistik dari aliansi atlantik utara bisa di tempatkan di negara itu sehingga secara langsung menimbulkan ancaman keamanan Rusia.

Selain itu, Rusia juga meminta jaminan keamanan berdasarkan hukum kepada AS dan NATO, dan berharap pembicaraan tentang proposal itu di lakukan dengan segera. Menurut RFERL, perwakilan AS dan Rusia akan melakukan pertemuan tingkat tinggi dalam tiga tahapan. Pertemuan pertama dari tahapan itu, akan di lakukan pada tanggal 9-10 Januari mendatang di Jenewa.

Tepat pada akhir tahun 2021, Presiden Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan panggilan yang berlangsung selama 50 menit. Dalam pembicaraan panjang itu, ajudan Kremlin Yury Ushakov mengatakan bahwa pihaknya puas dengan percakapan itu, yang umumnya konstruktif.

Putin sendiri di kabarkan mengatakan kepada Biden bahwa jika AS. Dan sekutunya menjatuhkan sanksi lebih berat terhadap Rusia atas ketegangan yang saat ini terjadi. Maka itu akan jadi kesalahan besar. Ancaman sanksi tersebut dapat menyebabkan hubungan Moskow. Dengan Washington mengalami kehancuran total.

Ajudan Kremlin Yuri Ushakov mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada Biden sanksi dapat menyebabkan kerusakan total dalam hubungan antara negara kedua negara. Sebelumnya di wartakan jika Biden mengklaim telah menyampaikan ancaman tegas kepada Putin melalui telepon.

Pemimpin Amerika itu mengatakan Rusia akan membayar harga yang mahal jika melangkah masuk ke Ukraina lagi. Memperkuat pernyataan Biden, Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa AS. Akan merespons hika Rusia terus maju dengan invasi Ukraina.