Kategori
NEWS

Kenaikan Suhu yang Tinggi Telah Melanda di Korea Selatan

Kenaikan Suhu yang Tinggi Telah Melanda di Korea Selatan

Kenaikan Suhu yang Tinggi Telah Melanda di Korea Selatan – Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Kenaikan suhu yang tinggi sedang melanda berbagai negara di kawasan Asia Timur, termasuk Korea Selatan.

Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat, getaran. Pada Kamis lalu (5/8), organisasi lingkungan internasional, Greenpeace, mengatakan bahwa kenaikan suhu yang terjadi di negara tersebut telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sembilan tahun terakhir.

Greenpeace menyebutkan bahwa peristiwa panas ekstrem itu bukanlah kebetulan semata dan justru berkaitan dengan konsistensi dari perubahan iklim yang tengah terjadi di wilayah tersebut.Dikutip dari idn poker android Organisasi pun menyerukan perlunya upaya serius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, demi menghindari kondisi peningkatan suhu yang lebih parah kedepannya.

1. Greenpeace peringatkan bahaya kenaikan suhu ekstrim
Korsel: Kenaikan Suhu Ekstrim Dua Kali Lipat dari Biasanya

Melansir dari Yonhap, penyataan Greenpeace ididasarkan oleh data perhitungan terhadap suhu permukaan yang dikumpulkan satelit pengamatan bumi NASA (MODIS), antara tahun 2002 hingga 2019.

Di bawah kriteria, hanya ada 12 persen wilayah daratan di Korsel yang merupakan daerah bersuhu tinggi pada tahun 2002 – 2010. Tetapi sejak tahun 2011 – 2019, kondisinya meluas tajam sebanyak 27 persen dan. Lebih dari setengah populasi negara kini merasakan kenaikan suhu tersebut. Permulaan hari panas dengan suhu yang naik di atas 30°C juga telah meningkat selama empat dekade terakhir di enam dari delapan kota terbesar di sana, kecuali Incheon dan Daejeon.

“Karena panas ekstrem adalah masalah yang berkaitan langsung dengan kelangsungan hidup, pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia harus segera mengambil tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata seorang perwakilan Greenpeace di Korea Selatan.

2. Badan Meteorologi peringatkan masyarakat terkait cuaca panas yang melanda
Korsel: Kenaikan Suhu Ekstrim Dua Kali Lipat dari Biasanya

Sementara itu, suhu malam tropis masih melanda ibu kota Seoul dan sejumlah kota lainnya hingga Kamis kemarin (5/8). Menurut Administrasi Meteorologi Korea (KMA), cuaca tropis yang di maksud adalah. Ketika suhu tidak turun di bawah 25°C pada malam hari.

KMA menyarankan para pekerja yang rentan terhadap panas seperti petani, nelayan dan tenaga medis yang bertugas di outdoor semasa pandemi COVID-19. Agar mengambil tindakan pencegahan guna terhindar dari bahaya cuaca yang terik. Mereka menjelaskan bahwa jam yang terbaik untuk tidak bekerja di luar. Adalah antara pukul 2 siang sampai pukul 5 sore, serta pastikan kondisi tubuh terus terhidrasi.

KMA juga memperkirakan bahwa di tengah kondisi tersebut, hujan bisa datang secara tiba-tiba di sertai oleh hembusan angin, guntur dan kilat. Di sebagian besar wilayah negara antara sore dan malam hari. Hujan mungkin mendorong merkuri turun di daerah-daerah. Tetapi suhu yang terlihat setelahnya kemungkinan akan berada di antara 33°C karena faktor kelembaban.

3. Panas ekstrim landa seluruh kawasan Asia Timur
Suhu Panas 54,4 Derajat Celcius di Bumi Hampir Pecahkan Rekor

Di sisi lain, pada hari yang sama Greenpeace juga memperingatkan tentang kondisi kenaikan ‘suhu yang berbahaya’ untuk Tokyo dan Beijing. Studi yang dil akukan itu mengungkapkan bahwa kenaikan suhu ekstrim nantinya. Akan menjadi lebih sering terjadi di kota-kota di seluruh Asia Timur.

Melansir dari Al Jazeera, para peneliti menganalisis data suhu untuk 57 kota di seluruh daratan Cina, Korea, Jepang dan menemukan bahwa cuaca panas tiba lebih awal tahun ini di lebih dari 80 persen kota yang di teliti. “Selama dua minggu terakhir kami telah melihat beberapa atlet Olimpiade pingsan karena serangan panas. Awal musim panas ini, suhu ekstrem di Guangdong, China memaksa pabrik-pabrik tutup, dan di Korsel ratusan ribu ternak di laporkan mati karena gelombang panas.” Kata manajer proyek urgensi iklim Greenpeace Asia Timur, Mikyoung Kim.

Greenpeace memperingatkan bahwa bahaya suhu ekstrim ini akan semakin sering terjadi kecuali pemerintah di setiap negara beralih dari bahan bakar fosil menuju ke sumber energi yang lebih bersih, termasuk angin dan matahari.