Kategori
NEWS

Mengenal Fenomena Debris Flow, Efek Siklon Tropis Seroja di NTT

Mengenal Fenomena Debris Flow, Efek Siklon Tropis Seroja di NTT

Di lansir dari american-cannibal.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan fenomena debris flow menjadi salah satu penyebab banyak korban jiwa yang meninggal imbas Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal ini di sampaikan Plt Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers daring pada Kamis (15/4/2021).

Imbasnya, tiga wilayah di NTT tercatat terdampak paling parah. Ketiga wilayah tersebut adalah Adonara, Lembata, dan Alor.

Lantas, apa itu fenomena debris flow? Di kutip dari IDN Poker APK, berikut ini uraiannya.

1. Debris flow bukan banjir bandang

Abdul Muhari menjelaskan, mungkin banyak yang mengenal fenomena yang terjadi di NTT sebagai banjir bandang. Namun nyatanya, debris flow bukan banir bandang.

“Debris flow ini adalah aliran dengan kecepatan tinggi yang berisi batu-batu gunung dari atas ke bawah,” ujar Abdul Muhari.

Di wilayah Adonara, 55 korban meninggal dan satu orang di nyatakan hilang imbas dari fenomena debris flow.

2. Debris flow kerap terjadi di wilayah bukit batu

Debris flow biasanya terjadi di kawasan bukit batu atau gunung dengan lereng yang curam dan memiliki banyak sebaran batuan lava yang tak saling terikat dengan kuat satu sama lain. Material yang di bawa menggelinding saat debris flow bergerak dengan sangat cepat.

Mengutip dari ANTARA, hal ini berbeda dengan banjir bandang yang justru terjadi di kawasan lebih rendah dengan material bawaan seperti pohon-pohon yang terbawa aliran aurs air.

“Yang terjadi pada beberapa hari yang lalu itu gelindingan batu besar yang menggelinding di atas permukaan bebatuan yang di lumasi oleh lumpur,” ujar Abdul.

“Sehingga bisa kita bayangkan kecepatan dan gelindingan batu itu dari atas ke bawah,” ujar dia lagi.

3. Perlu ada langkah antisipasi dampak bencana

Abdul Muhari mengingatkan pada dasarnya bencana alam dapat terjadi berulang, termasuk yang telah menimpa wilayah NTT.

“Kalau terjadi lagi hujan dengan intensitas sangat tinggi, maka besar kemungkinan peristiwa ini akan berulang,” kata Abdul.

“Sangat tepat kiranya keputusan bapak presiden untuk menyarankan agar penduduk yang berada di jalur peluncuran bebatuan itu untuk di relokasi,” imbuhnya.

Sebagai langkah antisipasi bencana, informasi siklon tropis dari BMKG harus lebih di perhatikan. Tanda-tanda khusus dari alam juga tak boleh di abaikan.

“Kalau terjadi hujan dengan intensitas sangat tinggi terjadi lebih dari satu jam berturut-turut, maka masyarakat harus di evakuasi,” ujar Abdul.