Kategori
NEWS

Inilah Faktor Utama Mengapa Georgia Sulit untuk Diterima oleh NATO

Inilah Faktor Utama Mengapa Georgia Sulit untuk Diterima oleh NATO

Inilah Faktor Utama Mengapa Georgia Sulit untuk Diterima oleh NATO – Georgia merupakan sebuah negara kecil di wilayah Kaukasus yang sudah lama inginkan keanggotan Pakta Pertahanan NATO. Sudah 13 tahun, Georgia menyatakan kesiapannya bergabung bersama NATO, tetapi tidak semua negara anggota NATO sepakat menerimanya.

Di kutip dari laman apk idn poker dalam Reuters, meskipun Georgia bukanlah negara anggota NATO, negara itu sudah kerap menjadi tuan rumah latihan tempur paduan untuk negara-negara NATO seperti yang sedang di gelar di Kota Tblisi hari Rabu kemarin. Sejak kesepakatannya bersama NATO pada tahun 2008, Georgia kerap terlibat di dalam beraneka kegiatan NATO, baik itu latihan paduan hingga operasi militer di Afganistan.

Keterlibatan seperti ini yang sangat di harapkan pemerintah Georgia bahwa suatu saat nanti NATO bisa bersama terbuka menerima negara mereka. Berikut adalah faktor-faktor yang menjadi alasan mengapa negara-negara NATO enggan menerima Georgia.

1. Menarik respons serius dari Rusia

Meskipun Pakta Pertahanan NATO di dirikan sebagai aliansi militer untuk menghadapi kemampuan tempur Uni Soviet, tapi pascakejatuhan Uni Soviet pada tahun 1991, Federasi Rusia yang mewarisi beberapa besar persenjataan Soviet menjadi musuh NATO yang baru. Sebagai sebuah ancaman, NATO mengerti mereka tidak boleh terlampau sering memprovokasi Rusia, lebih-lebih sehabis melanggar janjinya bersama dengan Rusia yang merasa terima anggota-anggota baru bekas Blok Timur hingga negara-negara pecahan Republik Soviet.

Di karenakan kegalauan perang terbuka bersama dengan Rusia yang di takutkan NATO, intervensi militer Rusia yang sempat terjadi di Georgia memicu NATO terlampau yakin Rusia mampu membalas bersama dengan terlampau benar-benar seumpama Georgia secara tiba-tiba di terima sebagai bagian NATO yang baru, layaknya yang di lansir berasal dari War on the Rocks.

Hal selanjutnya sempat di buktikan Rusia beberapa saat lantas di kala memobilisasi 100.000 prajurit dan alutsista tempurnya di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina. Kondisi itu terjadi sehabis terlihat kabar NATO dapat segera terima Ukraina sebagai anggota.

Rusia sesungguhnya sudah sering terlihat mengerahkan alutsista tempurnya ke perbatasan barat seumpama NATO menaikkan jumlah pasukan rotasi bahkan sebuah latihan militer biasa. Kremlin sudah berulang-kali memastikan Rusia dapat tetap menjawab provokasi yang di tunjukkan NATO secara proporsional agar situasi ini dapat terlampau mempersulit idaman Georgia mampu di terima NATO.

2. Militer Rusia masih menduduki 20 persen teritori Georgia

Perang terbatas yang sempat berlangsung antara militer Rusia dan Georgia pada tahun 2008 menyisakan kekalahan pahit bagi Georgia. Akibat kekalahan, Rusia menyebabkan dua wilayahnya, Abzhakia dan Ossetia Selatan. Wilayah selanjutnya telah di akui Rusia sebagai negara baru.

Di laporkan The World, di dalam wawancaranya bersama dengan seorang mantan Jenderal AS yang bertugas di Eropa, keberadaan pasukan Rusia di wilayah Abzhakia dan Ossetia Selatan yang merupakan 20 prosen dari keseluruhan wilayah Georgia. Kondisi itu jadi salah satu alasan beberapa anggota NATO amat menampik penggabungan Georgia bersama dengan mereka.

Aktifnya militer Rusia di dalam wilayah yang merupakan de facto dan de jure milik Georgia. Di nilai bisa membahayakan kestabilan wilayah Kaukasus jikalau Georgia di serap masuk ke di dalam NATO. Tingginya probabilitas perang terbuka bersama dengan Rusia menegaskan. Pimpinan NATO untuk tidak akan mempertaruhkan kedamaian Eropa dan sekitarnya hanya demi Georgia.

3. Lambatnya reformasi pertahanan dan sipil di Georgia

Tidak sembarang negara dapat dengan mudah bergabung dengan Pakta Pertahanan NATO. Banyak persyaratan yang harus di penuhi calon anggota. Sebelum bisa di terima di salah satu pakta pertahanan paling menguntungkan di Eropa itu.

Melansir War on the Rocks, alasan serius mengapa NATO belum dapat benar-benar menerima Georgia. Karena lambatnya reformasi pertahanan dan sipil sesuai dengan standar NATO. Sama seperti Ukraina yang merupakan negara pecahan Republik Soviet. Georgia sudah lama mengalami kerumitan dalam restrukturisasi pertahanan hingga reformasi alutsista tempur. Yang sudah lama mengandalkan persenjataan timur (Soviet) demi memenuhi ketentuan NATO, yang sebagian besar menggunakan persenjataan Barat.

Tidak hanya di alutsista atau pun pertahanan, pemerintahan Georgia yang di nilai masih sangat tertutup. Dan tidak mengedepankan transparansi ikut memperlama proses transisi guna mendapatkan kepercayaan penuh NATO. Tidak dapat di ketahui pasti kapan atau akankah Georgia dapat bergabung dengan NATO. Namun satu hal yang dapat di pastikan adalah Kremlin akan selalu mengawasi. Setiap gerak gerik NATO di mana pun mereka menginjakkan kakinya.