Kategori
NEWS

Jurnalis Investigasi Malta yang Dibunuh Dengan Serangan Bom Mobil

Jurnalis Investigasi Malta yang Dibunuh Dengan Serangan Bom Mobil

Jurnalis Investigasi Malta yang Dibunuh Dengan Serangan Bom Mobil – Daphne Caruana Galiza adalah seorang jurnalis, penulis dan aktivis anti-korupsi asal Malta. Secara khusus, ia fokus pada jurnalisme investigatif, melaporkan korupsi pemerintah, nepotisme, perlindungan, tuduhan pencucian uang, hubungan antara industri perjudian online dengan kejahatan terorganisir di Malta , skema kewarganegaraan Malta melalui investasi, dan penerimaan uang dari pemerintah Azerbaijan.

Galiza mendapat reputasi nasional dan internasional karena ia di laporkan atas dugaan pelanggaraan oleh politisi Malta dan orang-orang yang terpapar secara politik. Dia dibunuh pada 16 Oktober 2017 di dekat rumahnya akibat bom mobil meledak di kendaraannya.

Kematian Daphne Caruana Galizia, seorang jurnalis investigasi Malta yang di bunuh dengan idn poker mobile serangan bom mobil pada Oktober 2017 telah memicu penyelidikan khusus. Hasil laporan penyelidikan setebal 437 halaman yang di rilis pada hari Kamis (29/7/2021) menunjukkan bahwa negara bertanggung jawab atas kematiannya karena gagal melindungi jurnalis.

1. Pekerjaan korban sebagai jurnalis di kaitkan sebagai pembunuhan

Peranan Jurnalisme Investigasi dalam Mengungkap Kebenaran Halaman all -  Kompasiana.com

Hasil penyelidikan yang di rilis mengungkap bahwa pembunuhan Caruana Galizia di kaitkan dengan pekerjaannya sebagai jurnalis investigasi. Caruana Galizia telah mengungkap skandal jaringan korupsi di dalam dan luar negeri. Selama 30 tahun menjadi jurnalis, dia sering menuduh politisi Malta dan pejabat lainnya melakukan korupsi.

Dia adalah seorang kritikus keras pemerintah. Pada tahun 2017 dia secara efektif memicu pemilihan awal setelah memimpin penyelidikan Panama Papers, yang mengungkap skandal korupsi pejabat di Malta dan penghindaran pajak para pengusaha kaya.

Di lansir The Independent, sehari setelah pembunuhan itu, putranya Matthew, yang juga seorang jurnalis, dia menyampaikan bahwa pembunuhan ini bukan pembunuhan biasa dan saat ini para jurnalis sedang berperang melawan negara dan kejahatan terorganisir, yang keduanya sulit untuk di bedakan.

Terkait kasus ini para hakim yang melakukan penyelidikan menyerukan tindakan segera untuk mengatur hubungan antara politisi dan bisnis besar. Pemerintah di harapkan segera memperbaiki undang-undang dan melindungi jurnalis di Malta dengan lebih baik.

Perdana Menteri Malta, Robert Abela, mengatakan tentang laporan yang di terbitkannya bahwa dari laporan itu ada pelajaran yang bisa di ambil dan meminta reformasi terus di lanjutkan dengan tekad yang lebih besar.

2. Pemerintah dianggap telah menciptakan impunitas hukum
Malta Pikul Tanggung Jawab Atas Pembunuhan Jurnalis

Di lansir The Guardian, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa budaya impunitas hukum yang di ciptakan oleh eselon kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan saat itu telah mengakibatkan runtuhnya supremasi hukum, sehingga gagal melindungi jurnalis dari pekerjaanya.

Penyelidikan itu membuat Joseph Muscat yang menjabat sebagai perdana menteri mengundurkan diri pada Desember 2019 setelah penangkapan pengusaha Yorgen Fenech, yang memiliki hubungan dekat dengan Muscat, menteri, dan polisi senior. Fenech di tuduh mendalangi pembunuhan. Muscat merespon laporan itu, dia melalui Facebook menegaskan bahwa tidak terlibat dalam kasus pembunuhan dan negara tidak tahu adanya potensi pembunuhan.

Laporan itu mengaitkan tanggung jawab tidak langsung kepada Muscat atas keadaan yang mengarah pada pembunuhan. Dia di anggap gagal bertindak melawan kepala stafnya, Keith Schembri. Dan mantan menteri energi Konrad Mizzi atas perusahaan rahasia mereka, yang terungkap dalam skandal Panama Papers. Dugaan hubungan mereka dengan 17 Black, sebuah perusahaan rahasia milik Fenech.

Laporan menunjukkan bahwa keputusan Muscat telah memperkuat budaya impunitas hukum. Terhadap orang-orang yang namanya di ungkap Caruana Galizia terlibat dalam skandal tersebut. Keluarga Caruana Galizia juga yakin akibat langsung dari runtuhnya supremasi hukum. Dan impunitas yang di berikan negara telah menyebabakan pembunuhan itu dan supremasi hukum bisa di pulihkan.

Repubblika, kelompok aturan hukum yang mengadakan protes publik setiap hari menjelang pengunduran diri Muscat. Kembali melakukan protes di luar kantor perdana menteri pada hari Kamis.

3. Mereka yang di dakwa terlibat dalam pembunuhan
Malta Pikul Tanggung Jawab Atas Pembunuhan Jurnalis

Di lansir BBC, pembunuhan terhadap Caruana Galizia yang meninggal dalam serangan bom mobil di dekat rumahnya pada Oktober 2017, sejauh ini hanya segelintir orang yang telah di dakwa terlibat dalam pembunuhan.

Tiga pelaku yang melakukan serangan bom mobil itu telah di tangkap. Pada bulan Februari pengadilan telah memutuskan bahwa satu dari tiga pria yang di tuduh membunuh Caruana Galizia. Telah mengaku bersalah dan di jatuhi hukuman di penjara selama 15 tahun. Sedangkan yang lainnya belum di adili.

Pengusaha Malta Fenech, juga telah di dakwa dengan keterlibatan atas pembunuhan, yang tuduhan itu di bantahnya. Dia di tangkap pada November 2019 ketika dia mencoba berlayar dari Malta dengan kapal pesiar, dan sekarang sedang menunggu persidangan.

Orang yang mengaku dirinya telah menjadi saksi negara telah di berikan pengampunan. Sementara Muscat, Schembri, dan Mizzi tidak menghadapi tuduhan apa pun. Terkait dengan pembunuhan Caruana Galizia dan secara terbuka telah membantah terlibat.

Caruana Galizia terus menerbitkan artikel selama beberapa dekade. Meskipun ada intimidasi dan ancaman, gugatan pencemaran nama baik dan tuntutan hukum lainnya. Dia ditangkap oleh Kepolisian Malta pada dua kesempatan.  Investigasi Caruana Galizia dipublikasikan melalui blog pribadinya Running Commentary , yang dia dirikan pada tahun 2008.  

Dia adalah kolumnis reguler di The Sunday Times of Malta dan kemudian The Malta Independent. Blognya terdiri dari laporan investigasi dan komentar. Beberapa di antaranya di anggap sebagai serangan pribadi terhadap individu, yang mengarah ke serangkaian pertempuran hukum. Pada tahun 2016 dan 2017, ia mengungkapkan informasi dan tuduhan sensitif yang kontroversial terkait dengan sejumlah politisi Malta dan skandal Panama Papers