Kategori
NEWS

Taliban Berhasil Merebut 3 Ibu Kota Provinsi di Afghanistan

Taliban Berhasil Merebut 3 Ibu Kota Provinsi di Afghanistan

Taliban Berhasil Merebut 3 Ibu Kota Provinsi di Afghanistan -Gerakan Taliban, atau Taliban atau Taleban adalah gerakan nasionalis Islam Sunni pendukung Pashtun yang secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan sejak  1996 sampai 2001. Kelompok Taliban dibentuk pada September 1994, mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Pakistan.

Dewan Keamanan PBB mengecam tindakan kelompok ini karena kejahatannya terhadap warga negara Iran dan Afghanistan. Taliban melakukan berbagai aksi pelanggaran HAM di Afghanistan. Kelompok pemberontak Taliban berhasil merebut tiga ibu kota provinsi di Afghanistan dalam sehari. Dengan demikian, setidaknya sudah ada lima ibu kota yang dikuasai Taliban sejak serangkaian serangan mulai Jumat (6/8/2021).

Dilansir dari Al Jazeera, tiga ibu kota yang dimaksud adalah idn poker mobile Kunduz, Sar-e-Pol, dan Taloqan di wilayah utara Afghanistan. Ketiganya takluk dalam waktu yang relatif sama, hanya terpaut beberapa jam. Pada Minggu (8/8/2021), Taliban mengumumkan bahwa mereka berhasil menguasai markas polisi, kompleks gubernur, dan penjara di wilayah Kunduz. Kota ini sebelumnya pernah dikuasai Taliban pada 2015 dan 2016.

1. Tiga kota berhasil ditaklukkan dalam sehari
Taliban Taklukkan 3 Ibu Kota di Afghanistan dalam Sehari

Pada hari yang sama, Taliban juga mengumumkan bila pejuangnya telah menaklukkan kota Sar-e-Pol.

Mohammad Noor Rahmani, anggota dewan dari Sar-e-Pol, mengatakan bahwa kelompok itu telah mengambil gedung-gedung pemerintah di ibu kota provinsi utara. Mereka juga mengusir pejabat dari kota utama ke pangkalan militer terdekat.

Aktivis perempuan di Sar-e-Pol, Parwina Azimi, pejabat pemerintahan dan pasukan yang tersisa di paksa mundur ke barak sekitar 3 kilometer dari kota.

Kemudian, melalui Twitter, Taliban menyampaikan bahwa mereka juga telah merebut Taloqan, ibu kota provinsi Takhar. Warga Taloqan, Zabihullah Hamidi, mengatakan kepada bahwa dia melihat pasukan keamanan dan pejabat meninggalkan kota dengan konvoi kendaraan.

“Kami mundur dari kota sore ini setelah pemerintah gagal mengirim bantuan,” kata seorang sumber keamanan. Taliban di kabarkan berhasil menguasai seluruh Taloqan.

2. Pemerintah yakinkan masyarakat bahwa mereka akan memerangi Taliban
Taliban Taklukkan 3 Ibu Kota di Afghanistan dalam Sehari

Tidak sedikit warga Kunduz yang berusaha melarikan diri sebelum kedatangan Taliban. Sebagian dari mereka ada yang ketakutan dan hanya memilih berdiam diri di rumah.

“Meskipun pertempuran telah mereda, itu masih terasa seperti kota militer,” kata seorang warga, merujuk pada bentrokan antara Taliban dengan pasukan keamanan Afghanistan.

Kementerian pertahanan Afghanistan merilis video komando yang mengatakan ANDSF telah melakukan operasi terkoordinasi di provinsi itu selama 24 jam terakhir.

Komando itu mengatakan Taliban menderita banyak korban dalam operasi ini karena mereka mencoba untuk mengambil bagian-bagian penting di provinsi. Pemerintah bahkan tegas menyampaikan, keinginan Taliban untuk menguasai kota tidak lebih dari mimpi belaka.

“Anda harus yakin bahwa pasukan Afghanistan bersama Anda,” komando itu memberi tahu orang-orang Kunduz.

3. Upaya memerangi Taliban memperhatikan keselamatan warga sipil
Taliban Taklukkan 3 Ibu Kota di Afghanistan dalam Sehari

Taliban telah menguasai sebagian besar pedesaan di Afghanistan sejak serangkaian serangan di mulai pada Mei, bertepatan dengan di mulainya penarikan pasukan asing. Saat ini, pertempuran sengit masih berlangsung di ibu kota provinsi Kandahar dan Helmand.

Pada Minggu, seorang anggota dewan provinsi Helmand, mengatakan serangan udara pemerintah merusak sebuah klinik kesehatan dan sekolah menengah di ibu kota Lashkar Gah.

Pernyataan kementerian pertahanan juga menegaskan, serangan udara di lakukan di beberapa bagian kota yang menewaskan 54 pejuang Taliban dan melukai 23 lainnya. Laporan kementerian tidak menyebut kerusakan klinik dan sekolah.

Kepala urusan internasional di Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, Ahmad Shuja Jamal, menyebut Taliban tidak memiliki kapasitas untuk mempertahankan ibu kota. Namun, pemerintah mengakui kendala yang mereka hadapi adalah pertempuran di darat bisa mengorbankan warga sipil, termasuk penggunaan ranjau oleh Taliban.

“Sekitar dua pertiga dari korban adalah perempuan dan anak-anak. Dan itu menunjukkan modus operandi Taliban yaitu mereka menggunakan rumah-rumah sipil untuk bersembunyi, tetapi juga melancarkan serangan dan itu menciptakan korban yang mengerikan bagi warga sipil,” katanya.

Kelompok ini mendapat pengakuan diplomatik hanya dari tiga negara: Uni Emirat Arab, Pakistan, dan Arab Saudi, serta pemerintah Republik Chechnya Ichkeria yang tidak di akui dunia. Anggota-anggota paling berpengaruh dari Taliban, termasuk Mullah Mohammed Omar, pemimpin gerakan ini, adalah mullah desa (pelajar yunior agama Islam), yang sebagian besar belajar di madrasah di Pakistan.

Gerakan ini terutama berasal dari Pashtun di Afganistan, serta Provinsi Perbatasan Barat Laut (North-West Frontier Province, NWFP) di Pakistan, dan juga mencakup banyak sukarelawan dari Arab, Eurasia, serta Asia Selatan.

Kategori
NEWS

Inilah Daftar 3 Perang Besar Mengguncang Afghanistan Hingga Saat Ini

Inilah Daftar 3 Perang Besar Mengguncang Afghanistan Hingga Saat Ini

Inilah Daftar 3 Perang Besar Mengguncang Afghanistan Hingga Saat Ini – Afghanistan di juluki sebagai “Graveyard of Empire” bukan tanpa alasan. Negara ini jadi saksi peristiwa bagaimana kekaisaran-kekaisaran kuno hingga negara moderen mencoba untuk menaklukkan wilayah mereka.

Di kutip dari laman apk idn poker, tidak seluruh usaha penaklukan itu gagal, sekiranya Kekaisaran Makedonia di bawah Alexander yang Agung dan Kekaisaran Mongol yang sukses menguasai mereka. Akan tetapi, memasuki abad ke-19 eksistensi Afghanistan sebagai wilayah yang tidak mudah di taklukkan naik ke permukaan.

Di penuhi pegunungan hingga kekayaan alam mineral yang besar, Afghanistan mempunyai potensi jadi negara kuat dan kokoh di Asia Tengah. Namun, konflik dan perang yang berlarut-larut menyebabkan negara ini jadi terpecah belah hingga sulit untuk berdamai demi masa depan yang lebih baik.

Berikut adalah tiga perang besar yang mengguncang Afghanistan hingga hari ini.

1. Invasi Inggris (1839, 1878, dan 1919)

Kerajaan Inggris jadi hanya satu negara modern yang dulu menginvasi Afghanistan sebanyak tiga kali. Alasan utama Inggris menyerang dan mendiami Afghanistan adalah untuk mengantisipasi ekspansi Kekaisaran Rusia ke wilayah India yang waktu itu sedang berada di bawah pengaruh Inggris.

Di kutip berasal dari Brittanica.com, kegalauan Inggris terhadap Rusia membuatnya menginvasi Afghanistan untuk pertama kali terhadap 1839. Saat itu, Inggris mengusahakan menumbangkan Emirat Islam Afghanistan yang di nilai tidak menunjang keperluan Inggris.

Militer Inggris bersama dengan kekuatan yang jauh lebih superior bersama dengan cepat menguasai beberapa besar wilayah Afghanistan. Namun, Inggris mulai terlampau kewalahan saat mesti menjaga daerah-daerah yang udah mereka kuasai berasal dari pemberontakan masyarakat Afghanistan.

Karena Inggris terlampau pandang remeh Afganistan dan tidak siap untuk perang, Kerajaan Inggris memutuskan untuk menarik mundur pasukannya berasal dari Afghanistan terhadap 1842. Kemenangan Emirat Islam Afghanistan melawan Inggris terhadap itu jadi pembuktian pertama negara itu sukar di duduki.

Tidak berselang lama, Inggris yang udah belajar berasal dari kesalahannya dan ingin balas dendam, kembali menginvasi Afghanistan terhadap 1878. Kedatangan Inggris kali ini udah bersama dengan persiapan khusus dan hanya punya tujuan untuk memastikan bahwa Emirat Islam Afghanistan mesti mengakui hegemoni Inggris di Asia Tengah dan India.

Berbeda berasal dari sebelumnya, Inggris yang hanya membutuhkan kesetiaan Emirat Islam Afghanistan selanjutnya memutuskan untuk menarik pulang pasukannya di 1880, setelah mendapat kepastian berasal dari Emir Sher Ali Khan. Meskipun Inggris tercatat sebagai pemenang, ketidaksanggupan Inggris untuk terlampau mendiami Afghanistan mulai menciptakan situasi khusus di negara tersebut.

Sebagai negara yang tetap berada di pengaruh Inggris pascakemenangan Inggris itu, Emirat Islam Afganistan selanjutnya memutuskan untuk menyerang daerah koloni Inggris di India. Mereka pun selanjutnya mendeklarasikan penuh kemerdekaannya berasal dari pengaruh Inggris terhadap 1919.

2. Invasi Uni Soviet (1979-1989)

Di akui sebagai negara yang berdaulat sejak 1919, Emirat Islam Afghanistan sukses jadi negara yang damai untuk sebagian dekade sampai tetangga raksasanya di utara menginvasi.

Kudeta yang di lakukan tokoh nasionalis-komunis Afghanistan melengserkan kekuasaan Emirat Islam Afganistan. Ini memicu kekacauan serius di negara selanjutnya gara-gara implementasi perubahan progresif pascakudeta yang bertolak belakang bersama tahu tradisionalis.

Khawatir dapat terjadinya revolusi Islam layaknya yang berjalan di Iran, pemerintah Uni Soviet melancarkan invasi militer pada Afganistan pada 1979. Soviet lakukan itu untuk mengantisipasi jatuhnya Afghanistan ke di dalam pengaruh Islamis, layaknya yang di lansir History.com.

Sama layaknya Inggris, militer Soviet sangat meremehkan pejuang Mujahidin yang memberontak melawan kependudukan Uni Soviet dan Negara Demokratik Afghanistan yang berhaluan komunis. Petinggi militer Soviet yang memprediksi pertempuran tidak dapat berjalan lama.

Namun, ternyata mereka perlu hadapi realitas pahit sehabis pasukan kebanggaannya yang tidak pernah kalah sejak Perang Dunia II terasa tidak berkutik melawan segerombolan pejuang sipil bersenjatakan AK-47 dan peluncur roket.

Strategi militer Soviet yang berfokus melawan musuh konvensional, layaknya militer AS dan NATO, sekarang perlu melawan pasukan pemberontak yang berperang secara gerilya tanpa persenjataan canggih layaknya tank ataupun pesawat tempur. Ketidaksiapan Soviet di dalam melatih prajuritnya untuk berperang melawan pemberontakan besar-besaran di Afghanistan memicu lebih kurang 15 ribu prajurit Soviet gugur.

Api pemberontakan di nilai sangat susah untuk di padamkan akibat seruan jihad. Oleh pejuang Mujahidin pada militer Soviet yang di cap sebagai anti-Islam. Akhirnya pada 1989, pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, menarik mundur pasukannya sehabis 10 tahun berperang melawan pemberontakan Mujahidin tanpa adanya kemajuan.

3. Invasi AS ke Afghanistan (2001-hari ini)

Serangan 11 September 2001 yang di pelopori oleh kelompok teroris Al-Qaeda menjadi alasan sempurna bagi AS untuk menginvasi Afghanistan. Berdirinya Negara Islam Afghanistan pascatumbangnya Negara Demokratik Afghanistan terhadap 1992. Di percaya banyak ahli, menjadikan Afghanistan sebagai tempat perlindungan utama teroris-teroris di dunia.

Melansir BBC, pemerintah AS yang yakin bahwa Negara Islam Afghanistan di bawah Taliban memberi perlindungan terhadap anggota teroris Al-Qaeda. Memilih untuk melakukan invasi terhadap Oktober 2001. Sebagai pemenang Perang Dingin dan negara adidaya, Washington beranggapan operasi militer mereka di Afghanistan tidak dapat terjadi lama.

Mereka juga yakin diri bahwa Afghanistan dapat menjadi negara yang demokratis di bawah bimbingannya. Dugaan AS nyaris sukses sebagaimana apa yang udah di raih Inggris. Dan Uni Soviet di awal kala mereka menginvasi negara ini.