Kategori
NEWS

Guinea Khatulistiwa Melakukan Penahanan Personel Militer Prancis

Guinea Khatulistiwa Melakukan Penahanan Personel Militer Prancis

Guinea Khatulistiwa Melakukan Penahanan Personel Militer Prancis – Guinea Khatulistiwa adalah negara yang terletak di pantai barat Afrika Tengah, dengan luas 28,000 kilometer persegi (10,811 sq mi). Dulunya merupakan koloni Guinea Spanyol, nama pascakemerdekaannya membangkitkan lokasinya di dekat kedua pulau tersebut, Khatulistiwa dan Teluk Guinea .

Guinea Khatulistiwa adalah satu-satunya negara Afrika yang berdaulat di mana bahasa Spanyol adalah bahasa resmi. Pada 2015, negara ini memiliki populasi diperkirakan 1.222.245. Guinea Khatulistiwa telah melakukan penahanan kepada enam personel militer Prancis yang tengah berada di Bandara Bata pada Kamis (29/7/2021).

Keenam personel militer tersebut di ketahui sedang mendarat di Guinea Khatulistiwa untuk idn poker mobile mengisi bahan bakar helikopter yang ditumpanginya.  Tindakan ini terkait dengan penolakan Prancis atas pengajuan banding kepada Wapres Guinea Khatulistiwa Teodoro Nguema Obiang Mangue. Bahkan pada minggu lalu, ia juga sudah mendapatkan sanksi dari Inggris terkait kehidupan mewahnya yang di duga dari hasil korupsi.

1. Helikopter mendarat untuk mengisi bahan bakar di Bata

Helikopter Prancis yang ditahan oleh Guinea Khatulistiwa sudah mendarat di Bandara Bata pada Rabu (28/7/2021) untuk mengisis bahan bakar. Menurut juru bicara militer Prancis, Kolonel Pascal Ianni mengatakan, “Mereka mendarat tepat pada Rabu pukul 14:15 siang karena kehabisan bahan bakar. Di saat yang sama sejumlah upaya administratif di mulai. Kami sedang bernegosiasi dengan otoritas lokal. Kita menghadapi insiden seperti yang terjadi sebelumnya. Mereka menahan helikopter beserta krunya.”

Kolonel Pascal Ianni juga menuturkan apabila enam tentara dalam helikopter tersebut bahkan tidak membawa senjata. Mereka hanya pergi dari Douala di Kamerun menuju ke pangkalan militer Prancis di Libreville, Gabon. Namun mereka harus berhenti di Bata untuk mengisi bahan bakar dan menolak apabila di sebut mengusik Guinea Khatulistiwa, di kutip dari laman Reuters.

2. Sebagai aksi balasan kepada Prancis

Penahanan satu helikopter besarta enam personil militer Prancis ini di lakukan persis setelah Prancis menolak pengajuan banding. Terkait hukuman kepada Wapres Teodoro Nguema Obiang Mangue. Maka tindakan Guinea Khatulistiwa ini di sebut sebagai upaya balasan atas keputusan Prancis.

Pengadilan Paris pada Februari 2020 sudah menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara dengan penundaan. Dan juga denda 30 juta euro serta penyitaan seluruh aset miliknya. Sementara pembelian barang-barang mewah miliknya di duga sebagai bentuk pencucian uang dari hasil korupsi antara tahun 1997-2011, di lansir dari Africa News.

3. Guinea Khatulistiwa menganggap ini bentuk spionase dan provokasi dari Prancis

Di laporkan dari Africa News, menurut keterangan dari radio milik negara, TVGE memberikan klaim bahwa helikopter Prancis tersebut mendarat tanpa adanya izin resmi. Bahkan TVGE menyebutkan, “Otoritas Guinea Khatulistiwa tidak pernah mengotorisasi pendaratan, sehingga bisa saja insiden militer ini adalah bentuk operasi spionase dan provokasi dari Paris.”

Di sisi lain, pihak Prancis mengatakan bahwa militer Prancis sudah memiliki otorisasi. Dan di perbolehkan untuk mendarat di Guinea Khatulistiwa demi kepentingan pengisian bahan bakar. Kolonel Pascal Ianni juga berkata, “Kami berhenti secara reguler di Bata, tapi kami juga selalu mendapat masalah koordinasi dengan Bandara Bata. Menara kontrol kerap membatasi izin untuk mendarat.”

Helikopter milik militer Prancis tersebut merupakan model Fennec yang tidak di persenjatai dan hanya di gunakan untuk membawa logistik antara pusat ekonomi Kamerun di Douala dan ibu kota Gabon, Libreville, yang menjadi lokasi pangkalan militer Prancis, di kutip dari laman France24.

Guinea Khatulistiwa terdiri dari dua bagian, wilayah pulau dan daratan. Wilayah pulau itu terdiri dari pulau-pulau Bioko (sebelumnya Fernando Pó ) di Teluk Guinea dan Annobón. Sebuah pulau vulkanik kecil yang merupakan satu-satunya bagian negara di selatan khatulistiwa.

Pulau Bioko adalah bagian paling utara Guinea Khatulistiwa dan merupakan wilayah ibu kota negara, Malabo. Negara pulau berbahasa Portugis, São Tomé dan Príncipe terletak di antara Bioko dan Annobón.