Kategori
SHOPPING

Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19

Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19

Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 – Dalam ilmu ekonomi, barang mewah adalah barang yang permintaannya meningkat lebih dari proporsional saat pendapatan naik, sehingga pengeluaran untuk barang tersebut menjadi proporsi yang lebih besar dari pengeluaran keseluruhan.

Survei dari McKinsey menununjukkan konsumen mengalami perubahan perilaku dalam pengeluaran diskresioner atau pengeluaran yang yang dihabiskan untuk pembelian yang tidak penting seperti liburan atau barang mewah, selama lockdown atau PSBB.

Survei ini dilakukan McKinsey terhadap IDN Poker APK konsumen di Tiongkok, India, dan Indonesia. Secara umum hasil survei menunjukkan sekitar dua pertiga responden di India dan Indonesia berharap dapat memulihkan pendapatan atau tabungan mereka yang hilang selama terjadinya lockdown ataupun PSBB.

1. Membatalkan membeli barang mewah

Pertama survei ini menunjukkan rencana konsumen menunda atau membatalkan pembelian barang mewah seperti kendaraan, perhiasan, renovasi rumah dan lainnya. McKinsey melaporkan 61 persen responden Indonesia yang, sebelum wabah, berencana membeli mobil mengatakan bahwa mereka akan membatalkan pembelian tersebut tahun ini. 39 persen masyarakat Indonesia dalam survei ini juga berencana membatalkan membeli perhiasan.

Selain itu, sebanyak 7 persen masyarakat Indonesia mengatakan mereka menunda atau membatalkan rencana pembelian produk perawatan kulit.

2. Belanja lebih sedikit

Hasil survei juga menunjukkan COVID-19 memengaruhi keinginan membeli konsumen yang cenderung mempertimbangkan lebih cermat terhadap pengeluaran yang tidak penting.

Responden di Tiongkok dan India misalnya, satu dari tiga responden menyatakan mereka berniat untuk membelanjakan lebih sedikit dari yang direncanakan. Namun, mereka membedakan antara harga dan nilai barang yang dibeli.

3. Memilih merek yang terpercaya

Meski konsumen membelanjakan uang mereka lebih sedikit dari sebelumnya, responden survei ini mengatakan mereka memilih merek terpercaya sebagai pertimbangan dalam membeli suatu barang. Meskipun tentunya konsumen secara aktif mencari diskon atau promosi, atau dengan beralih ke produk yang lebih murah ke merek lain.

Di Indonesia misalnya, 78 persen responden orang berencana membelanjakan lebih sedikit untuk pembelian ponsel ingin tetap menggunakan merek pilihan mereka.

4. Kegaluan konsumen karena menahan beli barang

Hasil keempat survei McKinsey ini menunjukkan bahwa mungkin ada perasaan bersalah atau galau yang terkait dengan pengeluaran untuk barang mewah. Bahkan, di antara mereka yang mampu membelinya—terutama untuk beberapa kategori yang lebih mencolok.

Di Tiongkok misalnya, sepertiga pembeli ponsel menyebutkan perasaan bersalah sebagai alasan mereka melakukannya karena menahan atau membatalan pembelian akibat pandemik ini. Lalu di India, satu dari lima konsumen yang berencana untuk mengurangi atau tidak membeli peralatan rumah tangga berukuran besar mengatakan bahwa alasan utama mereka adalah merasa tidak pantas untuk berbelanja, mengingat konteks sosial saat ini.

5. Belanja online  meningkat, tapi toko fisik masih primadona

Krisis COVID-19 membuat konsumen beralih belanja secara daring atau online. Tapi temuan McKinsey menunjukkan tingkat percepatan yang tidak merata di berbagai jenis saluran online. Meski begitu, McKinsey menyarankan perusahaan tetap bersiap dengan adanya peningkatan belanja online ini.

Meski diminati, temuan lain McKinsey menyebut toko fisik masih menjadi primadona. Responden survei berharap kembali ke toko fisik. Terutama untuk berbelanja pakaian jadi di Indonesia, serta ponsel dan peralatan rumah tangga kecil dan besar di India.

Kategori
SHOPPING

Inilah Daftar Perilaku Belanja Konsumen Versi Twitter Lho

Inilah Daftar Perilaku Belanja Konsumen Versi Twitter Lho

Inilah Daftar Perilaku Belanja Konsumen Versi Twitter Lho – Belanja merupakan pemerolehan barang atau jasa dari penjual dengan tujuan membeli pada waktu itu. Belanja adalah aktivitas pemilihan dan/atau membeli. Dalam beberapa hal dianggap sebagai sebuah aktivitas kesenggangan juga ekonomi. Twitter adalah apa yang sedang terjadi di dunia dan yang sedang dibicarakan saat ini. Mulai dari percakapan tentang teknologi, olahraga, resep masakan, hingga percakapan tentang belanja.

Data Twitter menunjukkan bahwa percakapan tentang belanja meningkat sebanyak 60 persen sejak Maret 2020 jika dibandingkan dengan Maret tahun lalu. Dilihat dari volume tweet, orang-orang cenderung berbelanja secara online selama periode #dirumahaja, sebanyak 89 persen orang yang menggunakan Twitter di Indonesia melakukan pembelian secara daring pada kuartal pertama 2020.

Di Twitter, percakapan belanja online sangatlah beragam. Menurut data Brandwatch, 44 persen pengguna di Indonesia berbicara mengenai IDN Play Poker belanja pakaian atau aksesoris, makanan 40 persen, peralatan rumah serta elektronik 35 persen, perawatan diri 33 persen dan tentang ponsel atau gawai 27 persen.

1. Peningkatan belanja dari offline ke online

Menurut data dari Toluna, Haris Interactive pada periode akhir Juli, sebanyak 59 persen pengguna Twitter di Indonesia berbelanja online untuk produk-produk yang biasanya dibeli secara offline. Mengalami kenaikan lebih dari 2 persen dari survei yang pada awal Juli yang memperlihatkan semakin banyak orang berbelanja online.

Berdasarkan survei GWI, berikut ini adalah kebutuhan rumah tangga yang kerap dibeli pengguna Twitter secara online: fashion seperti baju dan sepatu sebanyak 26,9 persen; make up, kosmetik dan perawatan wajah 12,1 persen; vitamin 11,6 persen; hadiah 8,6 persen; dan perawatan pribadi 12 persen.

2. Banyak yang menggunakan perbankan digital dengan nominal lebih besar

Menurut data Twitter, 38 persen pengguna Twitter di Indonesia lebih sering menggunakan layanan perbankan online.

Pertumbuhan belanja online menuntut perbankan menghadirkan layanan yang aman dan praktis untuk transaksi dengan nilai nominal yang lebih besar pada platform e-commerce, seperti misalnya komputer atau laptop atau ponsel.

3. Banyak yang menemukan rekomendasi produk di Twitter
5 Perilaku Belanja Konsumen Versi Twitter 

Sebanyak 41 persen masyarakat Indonesia di Twitter menemukan brand baru berdasarkan rekomendasi di media sosial. Seiring dengan semakin meningkatnya percakapan mengenai belanja di Twitter, brand dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk dan layanannya agar lebih banyak diketahui konsumen.

4. Free ongkir dan diskon jadi faktor pendorong utama orang Indonesia belanja online

Kemudahan dan potongan harga yang disediakan belanja online menentukan keputusan dalam menggunakan jasa atau membeli produk.

Lima hal berikut ini menjadi pertimbangan bagi pengguna Twitter di Indonesia saat mereka akan melakukan belanja secara online: gratis ongkos kirim 56,5 persen; kupon atau diskon 55,6 persen; ulasan pembeli lain 54,1 persen, jumlah like atau komentar positif di media sosial 41 persen; dan kebijakan pengembalian yang mudah 35,4 persen.

5. Iklan menambah eksposur suatu produk atau layanan
5 Perilaku Belanja Konsumen Versi Twitter 

Menurut survei GWI, 36 persen pengguna Twitter cenderung membeli produk yang diiklankan. Selain itu, menurut data Twitter, terdapat peningkatan konsumsi video sebesar 124 persen di Indonesia. Brand dapat menggunakan kesempatan ini dengan menciptakan video kampanye kreatif sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen.

Dengan menggabungkan dua komponen ini, brand memiliki kemungkinan lebih baik untuk memenangkan persaingan selama periode momen-momen belanja.

Kategori
movie

Inilah Film Sekuel yang Lebih Baik dari Film Pertamanya

Inilah Film Sekuel yang Lebih Baik dari Film Pertamanya

Inilah Film Sekuel yang Lebih Baik dari Film Pertamanya – Sekuel  adalah sebuah karya dalam sastra, film, atau media lain yang menggambarkan kronologis kejadian orang-orang berikut kerja sebelumnya. Dalam banyak kasus, sekuel meneruskan unsur-unsur cerita asli, seringnya dengan karakter dan pengaturan yang sama.

Ketika sebuah film berhasil mencapai kesuksesan yang besar, tak jarang sang produser film memutuskan untuk menciptakan versi sekuel untuk mempertahankan kesuksesan filmnya. Meskipun kesan pertama terdapat pada film pertamanya, namun ada beberapa film sekuel yang justru dianggap lebih baik dari film pertamanya.

Dimulai dari Terminator 2: Judgment Day hingga Evil Dead II, berikut ini adalah IDNPlay APK film sekuel yang lebih baik dari film pertamanya. Penasaran film apa saja? Simak ulasan berikut.

1. Terminator 2: Judgment Day

Dirilis pada 1991, Terminator 2: Judgment Day adalah film sekuel dari film The Terminator yang dirilis pada 1984. Disutradarai oleh James Cameron, Terminator 2 dianggap lebih baik dari film pertamanya.

Dalam film ini, sang Terminator (Arnold Schwarzenegger) ditampilkan sebagai protagonis yang melindungi Sarah Connor (Linda Hamilton) dan putranya, John Connor (Edward Furlong), dari android yang sangat berbahaya, T-1000 (Robert Patrick).

Sarah yang di film sebelumnya mengalami keterpurukan, kini memiliki peran yang jauh lebih penting dan tampil lebih keren dalam film ini. Selain itu, efek yang digunakan film ini juga jauh lebih baik dari film sebelumnya.

2. Captain America: The Winter Soldier

Di rilis pada 2014, Captain America: The Winter Soldier adalah sekuel dari film Captain America: The First Avenger yang di rilis pada 2011. Sementara The First Avenger di garap oleh Joe Johnston, film yang juga di bintangi oleh Chris Evans ini di garap oleh Anthony dan Joe Russo.

Berlatarkan di era 70-an, film ini berfokus pada Steve Rogers atau Captain America (Chris Evans) yang bekerja sama dengan Avenger lainnya dan anggota S.H.I.E.L.D, Black Widow (Scarlett Johansson), untuk bertarung melawan seorang pembunuh yang di kenal dengan Winter Soldier (Sebastian Stan).

Berkat kesuksesan film ini, Russo bersaudara di percaya untuk menggarap Captain America: Civil War dan Avengers: Infinity War.

3. Harry Potter and the Prisoner of Azkaban

Harry Potter and the Prisoner of Azkaban adalah film ketiga dari seri film Harry Potter yang di adaptasi dari buku karya J.K. Rowling. Baik dalam film maupun bukunya, Prisoner of Azkaban selalu di anggap lebih baik dari dua cerita sebelumnya, yaitu Philosopher’s Stone dan Chamber of Secrets.

Harry Potter and the Prisoner of Azkaban menceritakan tentang perjalanan Harry Potter (Daniel Radcliffe). Serta Ron Weasley (Rupert Grint), dan Hermione Granger (Emma Watson) yang kembali ke Hogwarts. School of Witchcraft and Wizardry untuk tahun ketiga studi mereka. Di sana, mereka menyelidiki misteri tentang seorang tahanan yang melarikan diri. Dan dapat menimbulkan bahaya yang besar.

4. Mission: Imposible – Fallout

Sementara sebagian penonton menganggap bahwa film Mission: Imposible pertama atau Mission: Imposible – Ghost Protocol. Adalah yang menonjol dalam seri film ini. Namun Mission: Imposible – Fallout tetap menjadi film terbaik dalam seluruh seri film Mission: Imposible.

Film yang di garap oleh Christopher McQuarrie ini menceritakan tentang Ethan Hunt (Tom Cruise). Dan juga sekutunya yang berusaha untuk menangkap sebuah organisasi yang di kenal dengan Apostles. Yang tengah berusaha untuk mendapatkan tiga inti plutonium.

5. Evil Dead II

Pertama kali di rilis pada 1987, Evil Dead II adalah film horor klasik populer yang merupakan sekuel dari film Evil Dead. Meskipun kedua film tersebut adalah film yang sukses di masanya. Namun Evil Dead II di anggap jauh lebih baik dari film sebelumnya.

Film ini menceritakan tentang Ashley Williams (Bruce Champbell) yang pergi ke kabin terpencil di hutan bersama pacarnya, Linda (Denise Bixler). Di sana mereka menemukan sebuah buku kejahatan yang ternyata dapat melepaskan roh jahat yang kemudian meneror mereka.

Kategori
SHOPPING

Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja

Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja

Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja – Belanja merupakan pemerolehan barang atau jasa dari penjual dengan tujuan membeli pada waktu itu. Belanja adalah aktivitas pemilihan dan/atau membeli. Dalam beberapa hal dianggap sebagai sebuah aktivitas kesenggangan juga ekonomi.

Memang gak ada larangan untuk siapa pun berbelanja. Pada dasarnya, kamu boleh membeli apa saja dengan cara apa pun. Dibayar lunas atau kredit juga sah-sah saja. Masalahnya, kalau hasrat berbelanjamu sudah keterlaluan, ini jelas akan buruk sekali untuk kesehatan keuanganmu.

Jangan sampai sensasi nikmatnya berbelanja cuma kamu rasakan sesaat, selebihnya justru penderitaan panjang. Makanya, perlu untukmu mengenali kondisi-kondisi psikis yang membuat keinginanmu berbelanja sukar dikendalikan. Baca idn poker deposit pulsa terus sampai tuntas biar kantongmu gak jebol lagi, ya!

1. Berpikir terlalu simpel, ‘Toh, uangnya ada.’
5 Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja, Awas Bokek

Bahkan sekalipun uangnya benar-benar ada, kamu sebaiknya gak menggunakannya dengan sembarangan. Ingat, hidupmu masih panjang. Kamu bakal butuh banyak uang untuk kebutuhan-kebutuhan besar di masa depan.

Seperti, memiliki rumah sendiri. Kalau rumah saja belum punya atau belum terbayar lunas, lebih baik uangnya disimpan untuk membeli atau melunasi rumah.

Bahkan gak usah jauh-jauh bicara rumah deh. Kapan pun, kesehatanmu bisa terganggu atau ada kebutuhan mendesak lainnya. Punya simpanan yang cukup akan sangat membantumu.

2. Kalaupun gak ada uang, pakai kartu kredit juga beres
5 Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja, Awas Bokek

Inilah cara berpikir yang sangat menjebak kebanyakan orang yang menjadikan kartu kredit sebagai solusi. Kartu kredit dibuat tentu bukan gak ada manfaatnya. Namun ingat, bijaksanalah dalam menggunakannya.

Meski sekarang rasanya enak karena tinggal gesek kapan pun butuh, pada akhirnya kamu juga tetap harus membayarnya, kan? Bahkan lebih besar ketimbang bila kamu berbelanja dengan uang tunai atau kartu debit. Jangan sampai kamu terjerat kesulitan keuangan di kemudian hari.

3. Kalau ada masalah atau lagi kesal gak dibicarakan dengan orang lain
5 Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja, Awas Bokek

Semua orang pada dasarnya butuh menyalurkan emosinya. Entah dengan langsung curhat, berkarya, maupun ekspresi-ekspresi lainnya. Kalau kamu sebenarnya butuh curhat tetapi berusaha terlalu keras menahannya, otomatis kamu akan menyalurkannya dengan cara lain.

Masih bagus kalau kamu menyalurkannya dengan menghasilkan karya apa pun. Namun bagaimana jika pelarianmu adalah berbelanja? Makin berat masalah atau kekesalan yang dipendam, makin banyak dan mahal barang yang dibeli.

Nanti akhirnya kamu cuma menyesal. Barang-barang yang telanjur dibeli ternyata gak dibutuhkan. Mau dijual lagi, belum tentu ada yang berminat. Kalaupun ada, mungkin ditawar di bawah harga belinya. Nyesek banget gak tuh?

4. Kalau gak sering belanja, khawatir dibilang orang susah
5 Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja, Awas Bokek

Cara berpikir seperti ini wajib buat kamu rombak total. Kalau masih ada orang yang menilai makmur atau susahnya orang lain dari seberapa sering mereka berbelanja, itu urusannya. Urusanmu adalah kamu gak perlu mengikuti cara berpikir seperti itu.

Tebal tipisnya kantongmu cuma kamu yang benar-benar mengetahuinya kok. Lebih baik dari luar kelihatan biasa-biasa saja tetapi dompet aman, gak ada utang konsumtif, dana darurat tersedia, dan tabungan untuk masa depan juga ada daripada tampak mewah di luar tetapi ternyata kondisi keuangannya gak keruan.

5. Berpikir membeli semua yang diskon sama dengan untung
5 Hal yang Membuatmu Sulit Menahan Keinginan Berbelanja, Awas Bokek

Adanya diskon memang sangat bisa menguntungkan pembeli. Namun hanya jika pembeli tetap selektif, gak lantas membeli ini itu yang sebenarnya gak dibutuhkan. Misal, sudah punya beberapa pasang sepatu, masih juga beli lagi hanya lantaran sedang ada diskon.

Malah hanya akan menumpuk di rumah, kan? Kalau kamu doyan banget dengan yang namanya diskon sampai gak selektif berbelanja, pengeluaranmu justru akan membengkak. Bukannya untung malah buntung.